Saturday, June 25, 2016
Memadukan Singkong dan Cabai Mendapakan Keuntungan Berlipatganda
Laba menanam singkong di lahan 1.900 m2 mencapai Rp 22-juta.
Bambang Mulyono meraih laba Rp44-juta saat memadukan singkong dan cabai di lahan sama.
Bambang Mulyono menanam singkong berjarak tanam 1 m x 1 m sehingga total poulasl 1.900 batang. Dengan produktivitas rata-rata 15 kg per tanaman, total panen singong manggu itu mencapai 28 ton. Pada tingkat harga Rpl.000 per kg, omzet Bambang paling pol Rp28.000.000. Setelah dikurangi biaya produksi, laba bersih mencapai Rp22 juta.
la tergerak menumpangsarikan singkong dan cabai karena “tak sabar” menanti panen ubikayu yang relatif lama. Selain itu, "Jika salah satu gagal, masih ada komoditas lain yang bisa diharapkan," kata pekebun di Desa Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, itu.
Total populasi singkong di lahan 1.900 m2 hanya 600 tanaman; sedangkan cabai, 6.000 bibit. Kedua komoditas itu tumbuh di bedengan berukuran 40 m x 1,2 m setinggi 30 cm dengan jarak antarbedengan 40 cm. Di setiap bedeng ia menanam Laba ganda
Pekebun berusia 41 tahun itu memanen total 6 ton cabai hingga panen terakhir pada saat tanaman berumur 4 bulan. Saat itu, pada Mei 2011, harga cabai fluktuatif antara Rp. 7.500-Rpl2.000 per kg. Artinya dengan harga rata-rata Rp. 10.000 per kg, maka omzet Bambang dari penjualan cabai saja Rp. 60-juta. Setelah memperhitungkan biaya bibit, pupuk, dan tenaga kerja, laba bersih Bambang Rp. 35-juta. Enam bulan kemudian, ia panen 8,4 ton singkong.
Harga singkong Rp 1.300 per kg sehingga omzet Bambang mencapai Rpl2.600.000. Menurut pekebun sejak 2008 itu, total jenderal keuntungan dari dua komoditas itu Rp. 44-juta dalam waktu 10 bulan. Angka itu 2 kali lipat pendapatan Bambang ketika hanya membudidayakan singkong tanpa cabai. Itulah sebabnya ia berniat menumpangsarikan singkong dan cabai pada penanaman berikutnya.
Menurut Bambang, pemupukan kunci sukses budidaya tumpangsari itu. Permukaan bedeng ia tutup dengan mulsa hitam perak untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau hama cabai, sekaligus mengoptimalkan pemupukan. Dua minggu sebelum penanaman singkong, ia membenamkan pupuk dasar berupa 1 kg Phonska, 15 kg pupuk kandang kambing, dan 10 kg pupuk kandang ayam per bedeng. Setelah itu ia rutin memupuk secara berka/a. (lihat ilustrasi).
la tergerak menumpangsarikan singkong dan cabai karena “tak sabar” menanti panen ubikayu yang relatif lama. Selain itu, "Jika salah satu gagal, masih ada komoditas lain yang bisa diharapkan," kata pekebun di Desa Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, itu.
Total populasi singkong di lahan 1.900 m2 hanya 600 tanaman; sedangkan cabai, 6.000 bibit. Kedua komoditas itu tumbuh di bedengan berukuran 40 m x 1,2 m setinggi 30 cm dengan jarak antarbedengan 40 cm. Di setiap bedeng ia menanam Laba ganda
Pekebun berusia 41 tahun itu memanen total 6 ton cabai hingga panen terakhir pada saat tanaman berumur 4 bulan. Saat itu, pada Mei 2011, harga cabai fluktuatif antara Rp. 7.500-Rpl2.000 per kg. Artinya dengan harga rata-rata Rp. 10.000 per kg, maka omzet Bambang dari penjualan cabai saja Rp. 60-juta. Setelah memperhitungkan biaya bibit, pupuk, dan tenaga kerja, laba bersih Bambang Rp. 35-juta. Enam bulan kemudian, ia panen 8,4 ton singkong.
Harga singkong Rp 1.300 per kg sehingga omzet Bambang mencapai Rpl2.600.000. Menurut pekebun sejak 2008 itu, total jenderal keuntungan dari dua komoditas itu Rp. 44-juta dalam waktu 10 bulan. Angka itu 2 kali lipat pendapatan Bambang ketika hanya membudidayakan singkong tanpa cabai. Itulah sebabnya ia berniat menumpangsarikan singkong dan cabai pada penanaman berikutnya.
Menurut Bambang, pemupukan kunci sukses budidaya tumpangsari itu. Permukaan bedeng ia tutup dengan mulsa hitam perak untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau hama cabai, sekaligus mengoptimalkan pemupukan. Dua minggu sebelum penanaman singkong, ia membenamkan pupuk dasar berupa 1 kg Phonska, 15 kg pupuk kandang kambing, dan 10 kg pupuk kandang ayam per bedeng. Setelah itu ia rutin memupuk secara berka/a. (lihat ilustrasi).
Kunci Sukses Budi Daya Tumpangsari
"Semakin banyak pupuk kandang, semakin subur tanaman,” ujar Bambang. Syaratnya, pupuk kandang sudah terfermentasi. la menanam singkong berjarak tanam 1,5 m x 1,5 m sepekan setelah membudidayakan cabai. Bambang memisahkan pemupukan cabai keriting dan singkong. Pemberian pupuk persis di lubang tanam masing-masing komoditas. Seminggu pasca tanam cabai, ia mengencerkan sekilo NPK dalam 200 I air untuk sekitar 800 tanaman cabai. Itu berarti setiap tanaman mendapat 0,25 I pupuk yang dikocorkan ke dalam lubang tanam.
Banyak pilihan
Pekebun di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Aris Sucahyono, juga menumpangsarikan singkong dengan kacang kobe alias koro besar Conavalia ensiformis. “Saya memilih kobe karena mampu meningkatkan kesuburan tanah," kata Aris.
Aris menanam komoditas itu di bedengan berukuran 1,25 m x 1,75 m setinggi 0,5 m. Jarak antarbedengan 0,5 m. Di permukaan bedengan, ia menggemburkan tanah sedalam 30 cm, lalu membenamkan 2,5 kg kompos dan pupuk mikroba cair sesuai label. DI tengah bedengan, ia menancapkan setekan singkong setinggi 60 cm sedalam 10 cm dan menyebar rata 12 biji kobe di sekitarnya. Total jenderal, ia menanam 3.000 batang singkong dan 36.000 kacang kobe per ha.
Sebelum menanam, Aris merendam bibit singkong dan kacang kobe dalam campuran pupuk mikroba cair dan zat perangsang akar selama 3 jam. la langsung menanam singkong dan mengecambahkan kacang kobe selama 2 hari hingga keluar tunas. Pada bulan keempat pascatanam, la memanen kacang kobe. "Hasilnya mencapai 5,4 ton per ha," tutur Aris. Harga jual kacang koro mencapai Rp2.500 per kg sehingga omzet Aris Rpl3,5 juta.
Tujuh bulan kemudian, pekebun sejak 2010 itu memanen 150 ton singkong per hektar. Dari penjualan singkong yang “hanya” Rp 1.000 per kg, ia memperoleh pendapatan Rp. l50-juta. Aris mengatakan pendapatan bersih dari penjualan dua komoditas itu Rp. l33-juta. Jika ia hanya menanam singkong di lahan 1 ha, dengan asumsi produksi 100 ton dan harga jual sama, maka pendapatan bersih Aris hanya Rp50-juta.
Begitu pula bila ia membudidayakan kacang koro yang berproduksi 5,4 ton per ha. Bila harga jual dan biaya produksi sama, maka pendapatan dari budidaya monokultur itu mencapai Rpl3,5 juta. Menurut Kartika Noerwljati SP, MSI, peneliti1 singkong dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang. Jawa Timur, singkong bisa ditumpangsarikan dengan bermacam-macam tanaman lain seperti jagung, kacang-kacangan, dan cabai. “Pemilihannya tergantung minat petani, kondisi iklim daerah, dan harga komoditas itu di pasar," kata Kartika. (Bondan Setyawan)
Simak juga artikel : PROSPEK DAN PERKEMBANGAN SEMANGKA DI INDONESIA
Sumber : Majalah Trubus