Showing posts with label Penetasan. Show all posts
Showing posts with label Penetasan. Show all posts

Monday, November 14, 2016

Mengetahui Komponen Penting Dalam Pembuatan Mesin Tetas Telur Secara Mandiri

Komponen Dalam Mesin Tetas

Sama halnya dengan karakteristik mesin pada umumnya, begitu juga dengan mesin tetas telur, mesin ini bekerja atas dasar sistem yang dibangun dari beberapa komponen penyusun. Komponen untuk pembuatan mesin tetas sendiri meliputi sumber panas, pengatur suhu, pengatur kelembapan, wadah telur, serta ruangan penetasan. 

Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu komponen pembuatan mesin tetas.

 

a. Sumber Panas

Agar Embrio di dalam telur bisa berkembang dan menetas dengan sempurna maka membutuhkan suhu lingkungan yang hangat. Adapun sumber panas secara alami bisa berasal dari tubuh sang induk, jadi penetasan alami berlangsung dengan cara pengeraman oleh induk betina. Lain halnya dalam penetasan menggunakan mesin tetas, suhu hangat diperoleh melalui sumber panas atau alat pemanas yang terdapat di dalam mesin.

Sumber panas merupakan komponen penting pada mesin tetas. Panas yang dihasilkan harus merata ke seluruh ruang penetasan dan diterima oleh permukaan telur. Panas yang tidak merata atau kurang dari suhu yang dibutuhkan akan mengakibatkan telur gagal menetas. Sebaliknya, apabila panas yang diterima telur terlalu berlebihan dapat mengakibatkan gejala embrio di dalam telur mati, atau bahkan menyebabkan telur meledak.

Beberapa jenis sumber panas yang biasa digunakan dalam mesin tetas di antaranya lampu minyak, lampu pijar, lampu listrik, atau pemanas buatan pabrik yang terbuat dari kawat nikelin. Pemilihan sumber panas dapat disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaannya di wilayah peternak.
Sumber Panas Penetasan Telur Lampu Minyak, Lampu Pijar, Lampu Listri atau Lampu Nikelin

Selain bisa digunakan untuk keperluan dalam penetasan telur, lampu juga merupakan sumber panas yang biasa digunakan oleh peternak skala rumah tangga.

Penggunaan sumber panas dapat dikombinasikan lebih dari satu jenis, seperti pada mesin tetas semi modern yang dirancang oleh Bapak Abdul Wakhid. Mesin tetas rancangannya biasanya menggunakan dua jenis sumber panas yaitu lampu minyak dan lampu pijar. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu salah satu sumber pemanas berhenti. Misalnya, saat kondisi minyak tanah langka, peternak dapat menggunakan lampu pijar sebagai sumber pemanas. Selain itu, penggunaan dua atau lebih sumber pemanas dapat mencegah mesin berhenti beroperasi di saat periode penetasan.

 

b.  Pengatur Suhu dan Kelembaban


Alat pengatur suhu berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya panas yang dihasilkan di dalam ruang penetasan dari sumber panas. Sistem kerja alat ini terbagi menjadi sistem manual dan otomatis. Kerumitan komponen pengatur suhu dan kelembapan (termoregulator) tergantung pada jenis mesin tetas. Pada mesin tetas dengan sumber pemanas lampu pijar atau kawat nikelin yang bekerja dengan sistem elektrik, termoregulator berupa termostat yang terdiri dari kapsul eter, baut pengatur dan switch tekan mikro.

Alat Pengukur Suhu dan dan Kelembaban

Termostat. Berfungsi sebagai alat pengatur suhu dan kelembaban pada mesin tetas

Pada mesin tetas tradisional biasanya alat yang digunakan masih manual. Sementara itu, pengatur suhu pada mesin tetas semi modern dan mesin tetas modern sudah menggunakan sistem otomatis, yaitu sumber panas dirangkai dengan termostat sehingga sumber panas akan menyala atau mati secara otomatis ketika suhu di dalam ruang penetasan berubah.

c. Ruang Penetasan dan Wadah Telur


Bagian dalam dari mesin biasanya berisi ruang penetasan dan wadah untuk menempatkan telur. Ruang penetasan terdiri dari berbagai macam bentuk. Ada ruang penetasan yang memiliki inkubator dan hatcher secara terpisah.

Inkubator merupakan bagian ruangan tempat meletakkan telur yang dilengkapi alat pemutar telur. Sementara itu, hatcher merupakan bagian yang tidak dilengkapi dengan alat pemutar. Secara fisik, tidak terdapat perbedaan signifikan antara keduanya. Sementara itu, pada mesin tradisional tidak ada bagian khusus inkubator maupun hatcher. Pasalnya, perputaran telur dilakukan secara manual menggunakan tangan.

Inkubator dan Hatcher

Inkubator dan Hatcher yang terdapat pada mesin tetas otomatis

Ukuran luas ruang penetasan disesuaikan dengan jumlah telur yang akan ditetaskan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk jenis mesin tetas tradisional dapat memuat hingga 200 butir telur. Mesin tetas semi modern memiliki kapasitas 1.000 - 1.200 butir telur. Selain itu, ada juga mesin tetas semi modern yang dibuat khusus untuk skala rumah tangga dengan kapasitas 200 - 1.000 butir telur. Sementara itu, mesin tetas otomatis atau mesin semi modern biasanya memiliki ruang penetasan berkapasitas lebih dari 5.000 butir telur.

Ruang penetasan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, mulai bahan yang mahal seperti alumunium hingga bahan yang sederhana seperti papan tripleks. Untuk tujuan penghematan, barang bekas seperti peti atau lemari bekas pun bisa digunakan sebagai ruang penetasan. Pemilihan bahan harus memperhatikan faktor keamanan dan jenis bahan yang digunakan. Hindari penggunaan bahan yang mudah terbakar atau lapuk sehingga daya tahan mesin tetas lebih awet dan perawatan komponen mesin dapat dilakukan dengan mudah.

Rak telur merupakan komponen penting pada mesin tetas karena kualitasnya ikut menentukan keberhasilan telur yang menetas. Jika rak telur tidak dibuat dengan baik, potensi telur yang gagal menetas akan lebih besar. Ditinjau dari syarat, model, dan fungsinya, terdapat tiga macam model rak telur, yaitu rak telur sederhana, rak telur lipat, rak telur dengan pengatur posisi atau pemutar, dan rak penyimpanan untuk anakan.

Wadah atau rak telur merupakan tempat untuk menyusun telur di dalam ruangan penetasan. Wadah untuk menyusun telurdapatterbuat dari berbagai macam bahan, seperti pelat alumunium atau rangka besi. Pada pemilihan bahan, karakteristik yang harus diperhatikan adalah pilih bahan yang mampu menghantarkan panas dengan baik dan merata kepada telur.

1. Rak Telur Sederhana

Rak model ini terbuat dari rangka kayu reng dan kawat nyamuk atau kawat patri dengan lubang berukuran 0,5 - 1 cm. Kelebihan rak telur sederhana adalah mudah dalam proses pembuatannya dan biaya murah. Model ini memungkinkan bagi anakan yang menetas untuk tetap berada di rak hingga penetasan telur terakhir.
Rak Telur Sederhana



2. Rak Telur Lipat
Rak telur lipat hampir sama dengan rak telur sederhana, tetapi pada rak ini telah dilengkapi bagian yang bisa dilipat seperti sekat pembatas. Fungsinya untuk membatasi dan menahan telur agar tidak bergeser atau bergerak selama di dalam mesin tetas. Bagian yang dapat dilipat biasanya terletak 10 cm di depan rak.

Rak Telur Lipat


3. Rak Telur dengan Pemutar
Berbeda dengan model rak telur lainnya, tempat dudukan telur terbuat dari bahan kawat rangka. Bagian dasar berupa kawat nyamuk yang disambung dengan solder. Lebar rangka umumnya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah telur. Sementara itu, panel pembalik terbuat dari kayu reng yang dirangkai.

Rak Telur dengan Pemutar

d. Rak Penampungan
Rak penampungan biasanya hanya terdapat pada mesin yang memiliki rak lipat. Fungsi dari rak penampungan ini sebagai tempat penampungan sementara bagi anakan yang telah menetas. Bagian alas rak diatur agar tidak licin dengan cara menggunakan kawat yang berdiameter kecil agar kaki anakan tidak terperosok ketika keluar dari telurnya.

 

Perlengkapan Penetasan Telur


Perlengkapan penetasan terdiri dari alat pendukung kerja mesin dan peralatan untuk membantu penetasan. Komponen pendukung kerja ini sifatnya tidak mutlak harus ada dan kegunaannya bisa disubstitusi dengan memodifikasi mesin atau penerapan teknik tertentu.

 

a. Teropong Telur

Untuk mengetahui tingkat fertilitas telur yang disimpan dalam mesin tetas dibutuhkan alat teropong telur. Teropong telur bekerja dengan bantuan cahaya. Teknisnya, cahaya ditembakkan ke arah telur, lalu melalui teropong yang berbentuk silinder dapat terlihat tingkat perkembangan embrio di dalamnya. Telur yang fertil dapat terus berkembang. Sementara itu, telur yang embrionya terlihat mati dapat segera digantikan telur yang baru.

Terdapat berbagaijenis teropong telur, mulai dari teropong sederhana hingga teropong yang memiliki teknologi canggih, seperti teropong ZETA. Perbedaannya terletak pada jumlah telur yang dapat dilihat. Jika menggunakan teropong biasa hanya dapat memeriksa telur satu per satu. Namun, teropong ZETA mampu memeriksa telur dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu kali pengamatan.

Peneropongan. Bertujuan untuk mengetahui fertilitas telur di dalam mesin tetas

Pemilihan Fertilitas Telur
Untuk menetaskan telur ayam atau bebek, tentunya telur yang akan ditetaskan adalah telur yang fertil atau dibuahi. Telur tanpa pembuahan atau tanpa adanya perkawinan dengan pejantan tidak mungkin bisa menetas. Kalau kita mempunyai peternakan sendiri, untuk mendapatkan telur tetas tentunya bukan hal yang sulit, karena kita mempunyai indukan yang kita ketahui jenis makanannya, perbandingan pejantan dan betinanya, apalagi kalau kita menggunakan perkawinan dengan sistem inseminasi buatan, kita akan lebih mudah mengetahui apakah telur itu dibuahi atau tidak. Walaupun jawaban yang lebih pasti dapat kita temukan ketika kita melakukan peneropongan setelah beberapa hari telur berada di dalam mesin tetas. Kebanyakan pedagang telur tetas, atau pedagang bebek mengatakan dapat mengetahui ciri-ciri telur tetas yang fertil atau dibuahi berdasarkan dari ciri-ciri fisik telur yang akan di tetaskan. Bahkan ada yang mengatakan dapat membedakan telur tetas yang berisi embrio jantan dan embrio betina. Secara logika hal ini sangat sulit untuk diterima, Mengingat isi di dalam telur adalah sekumpulan sel yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat kasat mata. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengetahui telur yang akan ditetaskan adalah telur yang fertil. Apabila ada seseorang yang dapat mengetahui secara pasti ciri-ciri telur yang fertil atau dibuahi, sudah dapat dipastikan orang tersebut akan mendapatkan pendapatan yang sangat banyak dari penjualan telur tetas. Ciri-ciri telur tetas yang fertil atau dibuahi oleh pejantan hanya dapat dilihat dengan cara peneropongan setelah telur berada dalam mesin tetas beberapa hari. Untuk mengetahui telur yang fertil atau tidak sebelum masuk ke dalam mesin tetas adalah hal yang susah diterima logika. Kita tidak bisa mengetahui ciri-ciri telur yang fertil, yang dapat kita lakukan adalah berusaha mendapatkan telur tetas dengan tingkat fertilitas yang tinggi. Supaya telur yang akan kita tetaskan mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, kita harus mengetahui beberapa hal seperti di bawah ini:

Telur Dari Hasil Perkawinan Apabila kita membeli telur tetas dari peternak, pastikan telur tetas yang kita beli merupakan telur tetas dari peternakan yang mempunyai pejantan dengan perbandingan yang ideal antara pejantan dan betina adalah 1:8. Dengan demikian maka telur yang kita tetaskan adalah telur yang dibuahi. Perhatikan Fisik telur. Bentuk fisik telur sangat berpengaruh pada fertilitas dan daya tetas telur itu sendiri. Usahakan membeli telur tetas dengan kerabang yang tidak terlalu tebal, memilih telur yang bersih, telur yang tidak retak,bentuk telur yang ideal. Kerabang telur yang terlalu tebal akan menyulitkan pada proses pecahnya kerabang telur waktu penetasan, Biasanya embrio mengalami kematian di dalam kerabang telur karena kesulitan memecah kerabang telur. Telur yang kurang bersih akan mudah dimasuki kuman-kuman bibit penyakit, mengingat kerabang telur memiliki pori-pori untuk pernafasan embrio yang ada di dalam telur. Telur yang retak sebaiknya jangan ditetaskan karena tidak akan bisa menetas. Bentuk telur yang ideal juga berpengaruh pada penetasan. Tetaskan telur-telur dengan bentuk yang ideal, tidak terlalu bulat juga tidak terlalu lonjong, tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Lama Penyimpanan Telur. Lama penyimpanan telur sangat mempengaruhi daya tetas telur. Telur yang disimpan terlalu lama akan membunuh embrio yang ada di dalamnya, dengan demikian maka telur tidak akan menetas. Lama penyimpanan telur tetas sebaiknya kurang dari 7 hari. Tanyakan kepada penjual telur, berapa lama telur tersebut disimpan. Semakin lama telur disimpan, maka fertilitas dan daya tetasnya akan menurun bahkan mendekati angka nol. Ciri-ciri telur yang fertil atau dibuahi hanya dapat diketahui dengan cara meneropongnya pada beberapa hari setelah telur berada pada mesin tetas. Kita tidak dapat mengetahuinya sebelum telur ditetaskan, meskipun telur itu berasal dari induk yang dikawini oleh pejantan, karena mata kita mempunyai keterbatasan dalam melihat sesuatu yang lebih kecil seperti contohnya sel telur. Kita hanya dapat mengusahakan supaya tingkat fertilitas telur lebih tinggi dengan daya tetas telur yang juga lebih tinggi. Sumber : http://pelajaranilmu.blogspot.co.id/2012/05/pemilihan-fertilitas-telur.html

 

b. Kipas


Kipas berfungsi untuk meratakan panas ke seluruh ruang penetasan agar suhu panas yang diterima telur merata. Kipas pemerata panas atau kipas ventilator ini dapat bekerja secara manual maupun otomatis. Keberadaan kipas sebenarnya tidak mutlak harus ada di dalam setiap rancangan mesin tetas. Pasalnya, peranannya dapat digantikan dengan teknik pengontrolan telur yang rutin dilakukan setiap hari. Karena itu, kipas biasanya hanya digunakan untuk mesin modern atau mesin dengan kapasitas penyimpanan yang besar.

Pada mesin tetas rancangan penulis, kipas ini tidak digunakan karena panas yang dihasilkan dari sumber panas sudah cukup merata ke seluruh ruangan. Selain itu, telur yang disimpan di dalam ruangan setiap hari dikontrol dan dibalik sehingga panas yang diterima merata pada seluruh permukaan telur. Namun secara teknis, kipas bisa ditambahkan pada rancangan mesin apabila memang diperlukan.

 

Tips Untuk Memprediksi Telur akan Jadi Bibit Jantan atau Betina


Apakah Telur Jadi Bibit Jantan atau Betina
Telur Jantan atau Telur Betina.

Cara Pertama :

Cara yang disarankan adalah melihat bentuk telur.  Kalau telur lonjong atau cungkup, maka kemungkinan jantan.  Kalau bentuknya bulat maka kemungkinan besar ia betina. Telur Jantan1Yang dimaksud telur lonjong adalah, membentuk titik pada ujung telur yang lonjong tersebut maka dia adalah bibit telur jantan.  Sedangkan yang cenderung bulat dia bakal menjadi telur betina.  Tingkat kepastian tidak dapat dipastikan.  Beberapa sumber mengatakan bahwa kepastiannya sekitar 70-80%.  Dengan kata lain, jika penentuan telur ditetapkan dengan cara ini, maka dari 10 telur yang dianggap betina, masih ada dua atau 3 telur dengan bentuk yang sama, tetapi jantan.



Cara Kedua :

Cara ini tidak ada dasar ilmiahnya juga.  Saya gunakan pendulum (bandul) seperti yang didapat dari beberapa referensi web site.  Untuk gampangnya saja, saya gunakan pendulum dengan menggunakan jarum jahit saja digantungJarum jahit1 di atas benang. Ibu jari dan telunjuk memegang ujung benang yang panjangnya sekitar 20 cm dan di bawahnya jarum menggantung.  Di bawah jarum diletakkan telur yang akan ditentukan jenisnya.  Apakah telur jantan dan betina. Jarak ujung jarum ke telur berkisar antara setengah sampai 2 cm.  Pandangan mata di arahkan ke arah jarum.  Jika kemudian jarum berayun di atas telur, maka itu berarti telur betina.  Jika jarum kemudian berputar searah jarum jam, maka itu telur jantan.  Apabila berputar berlawanan arah dengan arah jarum jam maka artinya telur tidak akan menetas. Tentu perlu latihan untuk menggunakannya.  Saya kerap lakukan dua kali.  Setelah berayun, saya stop agar jarum tidak bergerak (tentunya dengan perintah melalui pikiran pada bandul agar berhenti) , kemudian diminta “mulai” lagi.  Jarum akan bergerak kembali. Kalau dua kali coba hasilnya sama, maka saya anggap benar.  Kalau tidak, saya sisihkan telur yang dipilih.

Aneh tapi nyata, uji tebak terhadap telur yang dipilih hasilnya sama.  Saya lakukan pilihan beberapa telur jantan dan betina.  Lalu, saya minta rekan untuk memilihkan telur (terserah) mau ambil yang mana, yang jelas rekan akan memilih salah satu, yang jantan atau yang betina.  Yang penting, saya tidak tahu rekan tersebut akan memilih yang mana. Kemudian, saya cek kembali dengan jarum pendulum.  Hasilnya ternyata sama.  Yang teruji betina, kemudian dipilihkan ternyata jarum memang berayun-ayun di atas telur.  Sumber : https://limbahdanternak.wordpress.com/2013/05/17/menentukan-telur-dan-bibit-jantan-atau-betina/



Selengkapnya → Mengetahui Komponen Penting Dalam Pembuatan Mesin Tetas Telur Secara Mandiri

Sunday, November 13, 2016

Jenis Mesin Tetas, Mesin Tetas Tradisional, Mesin Tetas Semi Otomatis dan Mesin Tetas Otomatis

Jenis Mesin Tetas 


Mesin tetas dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan sistem kerja, kapasitas, dan kelengkapan komponennya, yaitu mesin tetas tradisional, mesin tetas semi modern atau semi otomatis, dan mesin tetas otomatis atau modern. 

Mesin Tetas Tradisional

Mesin tetas tradisional bekerja dengan sistem yang masih sederhana. Sebagian besar mesin tetas tradisional hanya terdiri dari ruangan atau wadah untuk menempatkan telur dan sumber panas tanpa tambahan perlengkapan komponen lainnya. Mesin tetas tradisional sangat cocok untuk skala produksi kecil atau rumah tangga. Kapasitas mesin tetas tradisional biasanya hanya sekitar 200 - 500 telur per unit. Sumber panas biasanya berasal dari bahan yang sederhana dengan biaya terjangkau, seperti lampu minyak atau petromak yang berbahan bakar minyak tanah atau tungku api yang berbahan bakar sekam. Sistem pengontrolan terhadap kualitas telur masih dilakukan secara manual dengan membuka tutup ruang penetasan yang diperiksa setiap hari. Selain itu, proses perputaran telur juga masih dilakukan secara manual menggunakan tangan.

b. Mesin Tetas Semi Otomatis 

Mesin Tetas Semi Otomatis

Mesin semi otomatis merupakan pengembangan dari mesin tetas tradisional. Mesin ini bekerja dengan sistem yang sederhana, tetapi namun lebih unggul dari sisi penggunaan komponen dan perlengkapannya dibandingkan dengan mesin tetas tradisional. Selain itu, kapasitas mesin tetas semi otomatis atau semi modern umumnya lebih besar dibandingkan dengan mesin tetas tradisional, sekitar200 - 700 telur. Bahkan, banyak peternak yang menggunakan mesin semi otomatis dengan kapasitas yang lebih besar, yaitu 1.000 - 1.200 telur per unit. Mesin semi otomatis biasanya sudah dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembapan. Sumber panas yang digunakan umumnya berupa lampu listrik. Namun, ada juga mesin tetas semi otomatis yang lebih lengkap dan sudah memakai pemanas kawat nikelin buatan pabrik. Selain itu, wadah telur mesin semi otomatis biasanya sudah dipasangi tuas pemutar yang bekerja secara manual. 

c. Mesin Tetas Otomatis 


Mesin Tetas Otomatis
Mesin tetas otomatis atau mesin tetas modern memiliki sistem kerja dan kelengkapan komponen yang lebih mutakhir dibandingkan dengan mesin tetas tradisional dan semi otomatis. Perbedaannya dapat terlihat pada kelengkapan komponen mesin, pada mesin tetas otomatis sudah terdapat alat pengatur suhu dan kelembapan yang bekerja secara otomatis. Selain itu, bagian dalam mesin tetas sudah terdapat pembeda antara hatcher (bagian yang dilengkapi pemutartelur) dan inkubator. Mesin tetas otomatis biasanya memiliki kapasitas 1.000 hingga lebih dari 5.000 butir telur per unitnya. Pada wadah telur mesin tetas modern sudah terdapat hatcher yang bekerja secara otomatis. Banyaknya kecanggihnn mesin ini tentu harganya lebih mahal dibandingkan dengan dua jenis mesin lainnya. Sebuah mesin tetas otomatis yang terdapat di gudang milik salah satu kelompok peternak binaan penulis harganya dapat mencapai Rp12.000.000— Rp20.000.000 per unit. Meskipun teknis operasional mesin tetas modern lebih praktis, tingginya biaya penyediaan jenis mesin tetas ini dikhawatirkan tidak dapat terjangkau oleh peternak lokal dengan skala usaha kecil atau rumah tangga. Karena itu, penulis menyarankan untuk para peternak kecil cukup menggunakan mesin tetas jenis tradisional dan semi modern.

Selengkapnya → Jenis Mesin Tetas, Mesin Tetas Tradisional, Mesin Tetas Semi Otomatis dan Mesin Tetas Otomatis

Saturday, November 12, 2016

Penetasan Menggunakan Mesin Tetas dan Keunggulan Penggunaan Mesin Tetas

Penetasan Menggunakan Mesin Tetas


Sejak dahulu, inovasi teknologi untuk membantu penetasan telur telah dilakukan agar usaha penetasan telur dapat menghasilkan keuntungan bagi peternak. Salah satu inovasi yang kerap dilakukan oleh peternak adalah menggunakan indukan angkat. Metode ini dilakukan dengan cara menitipkan telur kepada indukan jenis yang lain. Misalnya, menitipkan telur ayam untuk dierami oleh indukan angsa atau entok. Namun, cara ini dinilai kurang efisien karena menambah beban penyediaan dan hanya mampu dilakukan oleh peternakan terpadu yang memiliki lebih dari satu jenis hewan ternak. 
Penetasan Alami

Metode lain yang banyak digunakan oleh peternak adalah penggunaan mesin tetas. Mesin tetas pertama kali digunakan di peternakan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa sejak tahun 1990-an. Di negara tersebut, produksi menggunakan mesin tetas sudah dilakukan pada level skala industri yang diproduksi dalam jumlah yang besar.

“Awalnya, mesin tetas hanya berupa sebuah ruang yang dimodifikasi agar tercapai suhu dan kelembapan yang ideal untuk penetasan.” Di Indonesia, penggunaan mesin tetas sebenamya sudah dirintis sejak tahun 1985. Bapak Abdul Wakhid bersama (Aim.) Prof. Achyar pakar di bidang peternakan saat itu merupakan segelintir orang yang pertama kali mempopulerkan penggunaan mesin tetas untuk meningkatkan produktivitas unggas di kalangan para peternak, khususnya unggas itik yang banyak dikembangkan di daerah Bapak Abdul Wakhid Berada.

Mesin Tetas Buatan

Mesin tetas awalnya dirancang secara sederhana dengan meletakkan pemanas atau sumber panas yang disertai pengontrol suhunya di dalam sebuah ruang kotak mirip lemari. Suhu panas yang dihasilkan di dalam ruang ini terbukti dapat membantu meningkatkan persentase keberhasilan penetasan hingga 70 - 80%. Keberhasilan ini mendorong peternak lokal untuk mulai menggunakan mesin tetas dalam membantu penetasan telur unggas milik mereka.

Penggunaan mesin tetas dilakukan dengan cara menyusun telur di dalam mesin tetas serta mengatur suhu dan kelembapan agar kondisinya sesuai dengan kebutuhan perkembangan embrio. Hasilnya, persentase keberhasilan penetasan akan lebih tinggi dibandingkan dengan penetasan melalui pengeraman alami. Suhu dan kelembapan merupakan parameter utama di dalam mesin tetas yang harus diperhatikan saat penetasan telur. Selain itu, kadar oksigen dan kadar karbon dioksida juga harus tetap diamati. Suhu optimal di dalam mesin tetas sekitar 37°-39° C dengan kelembaban 60-70%. Kadar oksigen dalam mesin tetas minimum 21% dan kadar karbon dioksida maksimum 0,5%.
Penggunaan mesin tetas memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan penetasan secara alami. Misalnya, ruang mesin tetas lebih luas dan lebar sehingga dapat menempatkan telur dalam jumlah lebih banyak daripada kapasitas pengeraman induk secara alami sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Berikut berbagai keunggulan penetasan menggunakan mesin tetas dibandingkan dengan penetasan alami. 
  1. Tingkat keberhasilan telur yang menetas lebih besar dibandingkan dengan pengeraman biasa. Jika melalui proses pengeraman alami, telur yang menetas hanya 50 - 60%. Sementara itu, penetasan melalui bantuan mesin tetas dapat meningkatkan keberhasilan telur yang menetas hingga 80%. 
  2. Penetasan telur dapat dilakukan terus-menerus tanpa terganggu oleh cuaca. Pasalnya, telur di dalam mesin tetas ditempatkan di dalam ruangan. 
  3. Tingkat hidup anakan hasil penetasan melalui mesin tetas lebih tinggi dibandingkan dengan penetasan alami. Hal ini disebabkan karena perubahan suhu dari dalam telur ke lingkungan tidak terlalu ekstrim. Berbeda halnya dengan anakan hasil penetasan alami yang harus lebih menyesuaikan suhu setelah menetas. 
  4. Indukan dapat terus melakukan reproduksi tanpa perlu terganggu dengan kewajiban untuk mengerami telurnya. 
  5. Kontrol terhadap kualitas telur lebih mudah dilakukan. Selain itu, kontaminasi bakteri dan penyakit relatif lebih keeil karena telur disimpan di dalam ruangan. 
Artinya, penggunaan mesin tetas untuk membantu penetasan telur terbukti menguntungkan sehingga mampu meningkatkan pendapatan peternak. Karena itu, saat ini banyak para peternak beralih menggunakan mesin tetas sebagai alat untuk menetaskan telur.

Penggunaan mesin tetas relatif belum seluruhnya dapat dijangkau oleh para peternak skala kecil. Mahalnya harga mesin tetas membuat peternak memerlukan alternatif lain dengan cara merancang mesin tetasnya sendiri. Namun, hingga saat ini belum ada standar atau acuan pokok untuk merancang mesin tetas yang baik sehingga peternak lokal masih kesulitan. Berdasarkan permasalahan tersebut melalui artikel ini admin mencoba membagi ilmu yang di kutib dari karyanya Bapak Abdul Wakhid kepada para peternak dan pembaca mengenai teknik merancang mesin tetas sederhana secara praktis dan mengoptimalkan manajemen penetasan telur yang benar.

Selengkapnya → Penetasan Menggunakan Mesin Tetas dan Keunggulan Penggunaan Mesin Tetas