Friday, September 23, 2016

Budidaya Pembenihan Ikan Konsumsi | Ikan Air Tawar | Produk Pembenihan Ikan Konsumsi

Budidaya Pembenihan Ikan Konsumsi

Peta Materi Pembenihan Ikan Konsumsi Air Tawar
Peta Materi Pembenihan Ikan Konsumsi Air Tawar

Tujuan

Setelah mempelajari artikel ini, anda mampu:
  1. Menyatakan pendapat tentang keragaman sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya ikan asli Indonesia (endemik), sebagai ungkapan rasa bangga dan wujud rasa syukur kepada Tuhan serta bangsa Indonesia.
  2. Mengidentifikasi jenis-jenis, sarana produksi, dan teknik budidaya ikan khususnya pembenihan ikan yang ada di wilayah setempat berdasarkan rasa ingin tahu dan peduli lingkungan.
  3. Merancang kegiatan budidaya ikan, berdasarkan orisinalitas ide yang jujur dari diri sendiri.
  4. Mengetahui teknologi baru (tepat guna) yang digunakan untuk meningkatkan hasil budidaya ikan yang ramah lingkungan.
  5. Melaksanakan dan mempresentasikan kegiatan budidaya ikan yang ada di wilayah setempat.
  6. Menumbuhkan sikap kewirausahaan (enterpreneurship) dalam bidang budidaya pembenihan ikan.

Produk Pembenihan Ikan Konsumsi

1. Budidaya Ikan
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.
Jenis-jenis usaha perikanan

Benih ikan adalah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa, termasuk telur, larva, dan biakan murni alga. Pendederan adalah suatu kegiatan pemeliharaan benih ikan setelah periode larva sampai dihasilkan ukuran benih tertentu yang siap untuk didederkan.

2. Aneka Jenis Produk Pembenihan Ikan Konsumsi
Aneka Jenis Produk Pembenihan Ikan Konsumsi
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan akan protein dari ikan juga makin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan produksi ikan melalui usaha budidaya. Budidaya perikanan merupakan salah satu subsektor yang sangat potensial untuk dikembangkan karena dapat menerapkan rekayasa teknologi sehingga dapat menciptakan produk perikanan yang berkualitas dan berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya, sumber daya perikanan Indonesia terdiri atas ikan konsumsi dan non-konsumsi.

Ikan konsumsi adalah jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi oleh manusia sebagai sumber pangan. Ikan konsumsi dapat diperoleh salah satunya dari proses budidaya. Contoh ikan konsumsi yang sering dibudidayakan antara lain: lele, gurami, nila, mas, bawal, dan patin. Ikan-ikan tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan, yaitu bentuk tubuh ikan sebagai ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut.

Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)

Lele lokal merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan ciri-ciri tubuh memanjang dan kulit licin, serta identik dengan warna punggung hitam dan warna perut (abdomen) putih keabu-abuan (Gambar 3.3). Lele lokal merupakan ikan asli Indonesia. Di Indonesia, lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), maut (Gayo, Aceh), pintet (Kalimantan Selatan), keling (Makasar), cepi (Bugis), lele atau lindi (Jawa Tengah). Lele bersifat nocturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Berdasarkan kebiasaan makan, lele merupakan hewan karnivora, yaitu golongan ikan yang sumber makanan utamanya berasal dari bahan hewani.

Usaha pembenihan lele mempunyai prospek yang cukup cerah. Permintaan konsumen makin meningkat. Pengembangan teknik pembenihan ikan yang baik akan meningkatkan hasil budidaya secara berkelanjutan. Segmentasi pasar lele sangat bervariasi bergantung pada ukuran. Pada tahun 2013, benih ikan lele dengan ukuran 5-7 cm dijual dengan harga Rp 170 - Rp 200/ekor, ukuran 7-9 cm berkisar Rp 210 - Rp 250/ekor, dan ukuran 9-11 cm berkisar Rp. 250 - Rp. 300/ekor.

Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi yang hidup di airtawar, merupakan ikan hasil introduksi yang berasal dari Afrika Bagian Timur pada tahun 1969. Saat ini, ikan nila menjadi komoditas andalan dan unggulan ikan konsumsi air tawar di Indonesia. Ikan nila cenderung sangat mudah dibudidayakan dan dipasarkan karena merupakan salah satu jenis ikan yang paling disukai oleh masyarakat. Morfologi ikan nila adalah garis vertikal yang berwarna gelap di sirip ekor sebanyak enam buah. Garis seperti itu juga terdapat di sirip punggung dan sirip dubur, bersifat omnivora  sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Harga benih nila di pasaran biasanya dijual berdasarkan ukuran bobot dengan harga Rp 25.000 - Rp 28.000,-/kg. Jumlah benih nila per kg >500 ekor. Teknik budidaya nila relatif mudah sehingga sangat layak dilakukan pada semua skala usaha (rumah tangga, mikro, kecil, menengah, dan besar).

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna kekuningan/ keperak-perakan (Gambar 3.5). Gurami merupakan ikan asli Indonesia yang berasal dari daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia) dan menyebar ke Malaysia, Thailand, Ceylon, serta Australia. Di Jawa, gurami dikenal dengan sebutan gurameh, di Sumatra disebut kala atau kalui, di Kalimantan disebut kalui. Gurami mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dengan cita rasa yang enak sehingga digemari banyak orang dari berbagai kalangan.

Harga gurami di pasaran sangat bervariasi bergantung pada umur: gurami umur 1-2 bulan dijual dengan harga Rp 400 - Rp 500/ekor. Benih gurami dijual berdasarkan umur dengan harga relatif mahal karena permintaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Oleh sebab itu, budidaya ikan gurami khususnya pembenihan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar.
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
Ikan Bawal (Colossoma macropomum)

Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi, paling banyak dibudidayakan di daerah Jawa. Bawal mempunyai beberapa keistimewaan, di antaranya pertumbuhan cukup cepat, nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (omnivora), lebih banyak makan dedaunan, daya tahan yang tinggi terhadap kondisi limnologi yang ekstrim, dengan rasa dagingnya pun cukup enak hampir menyerupai daging ikan gurami.

Ikan Bawal (Colossoma macropomum)
3. Manfaat Ikan Konsumsi 

Pada sebuah studi pada tahun 2006 yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health, diketahui bahwa tingkat kematian akibat penyakit jantung pada orang dewasa yang makan ikan dua kali sepekan, lebih rendah (36%) daripada mereka yang makan ikan sedikit atau tidak sama sekali. Ikan merupakan sumber makanan penting karena mengandung dua asam lemak Omega-3, yaitu Eicosapentaenoic Acid (EPA) dan Docosahexaenoic Acid (DHA). Omega-3 membantu menurunkan tekanan darah yang akan menjaga kesehatan jantung. Tubuh tidak memproduksi Omega-3, harus didapatkan melalui asupan makanan.

Manfaat Ikan Konsumsi
Cara Memulai Usaha Budidaya Jamur
Budidaya Ikan Konsumsi
Proses Produksi Pembenihan Ikan Lele

Selengkapnya → Budidaya Pembenihan Ikan Konsumsi | Ikan Air Tawar | Produk Pembenihan Ikan Konsumsi

Friday, September 9, 2016

Memulai Budi Daya Jamur | Persiapan Manajemen | Persiapan Infrastruktur

Memulai Budi Daya Jamur

Untuk memulai budi daya jamur diperlukan beberapa persiapan awal yang meliputi persiapan manajemen, persiapan infrastruktur, dan persiapan teknis. Persiapan manajemen meliputi perencanaan skala usaha, perencanaan produksi, jaminan pasar, sumber daya manusia, dan organisasi pelaksanaan. Persiapan infrastruktur meliputi sanitasi, pemilihan lokasi, perlengkapan, dan permodalan. Sementara persiapan teknis difokuskan pada kegiatan operasional budi daya.

Untuk memulai budi daya jamur diperlukan beberapa persiapan awal yang meliputi persiapan manajemen, persiapan infrastruktur, dan persiapan teknis. Persiapan manajemen meliputi perencanaan skala usaha, perencanaan produksi, jaminan pasar, sumber daya manusia, dan organisasi pelaksanaan. Persiapan infrastruktur meliputi sanitasi, pemilihan lokasi, perlengkapan, dan permodalan. Sementara persiapan teknis difokuskan pada kegiatan operasional budi daya.

Persiapan Manajemen

a. Perencanaan Skala Usaha dan Perencanaan Produksi

Perencanaan ini sangat terkait dengan modal. Jika kita memiliki modal yang besar, bisa saja memutuskan untuk memulai budi daya jamur langsung ke skala besar dengan kapasitas produksi lebih dari 500 kg jamur per hari. Pada skala besar ini, pemilik modal bisa mempekerjakan tenaga-tenaga kerja yang sudah berpengalaman dan dikelola dengan sistem managemen yang profesional.

Kondisi sebaliknya, jika modal terbatas, kita bisa mengembangkan budi daya jamur dimulai dari skala kecil dengan kapasitas produksi hanya 50 kg jamur per hari. Jika usahanya sudah maju, bisnisnya bisa dikembangkan ke skala sedang dengan kapasitas produksi 100 kg per hari atau ke skala menengah dengan kapasitas produksi 250—500 kg per hari.

Sebagai gambaran, dengan harga-harga yang berlaku pada akhir tahun 2015, untuk pemeliharaan 5.000 baglog (skala kecil) diperlukan modal sekitar 26 juta rupiah untuk membangun kubung, membeli peralatan pendukung, dan biaya operasional. Semakin besar skala usaha yang ingin kita kembangkan, semakin besar pula biaya yang harus kita miliki.

b. Jaminan Pasar
Keberhasilan usaha jamur ditentukan oleh jaminan pasar yang pasti. Sebelum memulai usaha, sebaiknya perkirakan terlebih dahulu ke mana hasil produk akan dipasarkan, sehingga ketika usaha sudah berjalan, Anda sudah memegang jaminan pasar.
Salah satu cara mengetahui jalur pemasaran adalah dengan mencari banyak informasi dari penjual bibit. Biasanya, penjual bibit sudah lama berkecimpung dalam bisnis jamur dan tentunya sudah menguasai jaringan pasarnya. Selain itu, Anda juga bisa mencari informasi melalui media, baik media cetak seperti koran, majalah, dan tabloid pertanian maupun media elektronik seperti televisi, internet, dan radio.

Jika skala usaha yang kita jalankan masih kecil, sebaiknya bermitra dengan petani jamur yang sudah berpengalaman karena mereka sudah memiliki pasar yang pasti dan biasanya mereka masih kekurangan stok jamur untuk memenuhi permintaan pelanggannya.

c.  Sumber Daya Manusia

Hal lain yang perlu direncanakan dalam membudidayakan jamur adalah sumber daya manusia. Pilihlah tenaga kerja yang andal, rajin, cekatan, dan cermat. Jika memungkinkan, pilih pekerja dari penduduk setempat agar tidak terjadi kecemburuan ketika usaha yang Anda jalankan berhasil. Sementara untuk tenaga kerja ahli, pilihlah mereka yang telah berpengalaman dalam budi daya dan bisnis jamur.


d.  Organisasi Pelaksanaan

Faktor terakhir yang perlu dipersiapkan adalah organisasi pelaksanaan di lapangan. Pembagian organisasi ini akan meningkatkan efektivitas kerja, sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal. Umumnya, pembagian organisasi pelaksana di lapangan terdiri atas lima bagian sebagai berikut.
  1. Bagian substrat tanam, bertanggung jawab menyiapkan substrat tanam, dari persiapan bahan baku, pencampuran, pengepakan, sterilisasi, hingga siap tanam.
  2. Bagian bibit, bertanggung jawab pada persiapan bibit jamur, penanaman, hingga pemeliharaan awal.
  3. Bagian pemeliharaan, bertanggung jawab dalam pemeliharaan substrat tanam, berhubungan dengan pengendalian lingkungan, baik lingkungan fisik, kimia, maupun biologis; pengendalian hama dan penyakit; kontrol kualitas; dan keselamatan hasil.
  4. Bagian panen dan pascapanen, bertanggung jawab terhadap masa panen dan pengelolaan pascapanen sesuai dengan rencana produksi.
  5. Bagian pemasaran, bertanggung jawab atas pemasaran produk yang dihasilkan, baik jamur dan olahannya maupun produk tambahan lain seperti penjualan substrat tanam.
Persiapan Infrastruktur

a. Pemilihan Lahan
Hal awal yang harus diperhatikan dalam budi daya jamur adalah pemilihan lokasi budi daya. Beberapa persyaratan lokasi yang baik untuk budi daya jamur sebagai berikut.
  1. Memenuhi persyaratan lingkungan tumbuh jamur, baik suhu, kelembapan, pH, aerasi, maupun intensitas cahaya. Idealnya, lokasi yang tepat untuk budi daya jamur berada di daerah yang berhawa sejuk dengan suhu berkisar 10 - 16°C dan kelembapan udara yang cukup tinggi. Khusus untuk jamur merang, pembudidayaan dilakukan di daerah dengan kondisi suhu 30 - 35°C.
  2. Jauh dari kawasan aktif pertanian hortikultura, kawasan pabrik, dan pusat keramaian kota agar jamur yang dihasilkan tidak terkontaminasi limbah industri atau rumah tangga. Pasalnya, jamur memiliki kemampuan menyerap logam walaupun konsentrasinya kecil.
  3. Lintasannya relatif datar atau rata. Tujuannya untuk memudahkan pengangkutan. Selain itu, usahakan kondisi lahan bertopografi rata agar sirkulasi udara selama pembudidayaan berjalan dengan lancar.
  4. Mudah dijangkau, baik segi pemasarannya maupun tempat memperoleh bahan baku.

5.    Dekat dengan sumber air. Secara tidak langsung, air merupakan penentu keberhasilan budi daya.
Lahan budi daya perlu disesuaikan dengan target produksi yang ingin dicapai. Usaha budi daya jamur dianggap layak jika setiap hari dapat menghasilkan rata-rata 1.000 kg atau 10.000 buah substrat tanam. Idealnya, luas lahan untuk menghasilkan produksi tersebut sekitar 1 hektar.

Dari luas lahan tersebut, dapat dibuat beberapa bangunan atau ruangan yang menunjang proses produksi. Misalnya, bangunan untuk persiapan substrat yang meliputi gudang bahan baku, gudang bahan kimia, ruang persiapan bahan, ruang sterilisasi, ruang pembibitan, ruang isolasi, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang pemeliharaan, gudang penampungan hasil dan pascapanen, ruang administrasi, sarana umum seperti kamar mandi sarana ibadah, dan WC, serta jalan dan tempat parkir. Namun, banyak juga petani jamur yang hanya menggunakan lahan sekadarnya. Asalkan, terdapat ruangan khusus untuk menaruh bahan baku dan melakukan inokulasi.

Jika lahan yang sesuai telah diperoleh, tahap selanjutnya adalah persiapan perlengkapan budi daya. Besar kecilnya perlengkapan yang digunakan disesuaikan dengan modal yang dimiliki dan skala usaha yang direncanakan. Pengusaha dengan modal besar biasanya menggunakan peralatan budi daya yang modern untuk mendapatkan hasil yang baik. Bagi Anda yang memiliki modal terbatas, Anda bisa menggunakan bahan dan peralatan budi daya yang sederhana.

b.    Kubung atau Rumah Jamur
Bangunan budi daya untuk jamur disebut kubung. Ibarat rumah, kubung berfungsi untuk melindungi media tanam jamur dari hujan dan sinar matahari langsung, serta kemungkinan kontaminasi spora jamur. Selain itu, kubung juga berguna untuk merekayasa iklim mikro, sehingga budi daya jamur yang dilakukan tidak tergantung pada musim.

Bangunan kubung bisa dibuat permanen atau semi-permanen. Umumnya, ukuran kubung yang sering digunakan adalah 12 x 10x5 meter yang dibagi menjadi delapan petakan. Di setiap petakan tersebut diletakkan rak-rak tempat meletakkan media tumbuh jamur. Di antara rak dibuat jarak selebar 40—60 cm untuk dilalui pekerja. Bentuk, ukuran, dan bahan yang digunakan untuk membuat kubung disesuaikan dengan jumlah baglog atau media tumbuh jamur yang digunakan serta target produksi.

Berikut ini beberapa jenis bahan yang bisa digunakan untuk membuat kubung.

1.    Rangka kubung bisa dibuat dari besi, kayu, atau batangan bambu. Jika menggunakan kerangka dari kayu atau bambu, sebelum digunakan. Sebaiknya, kayu atau bambu direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida atau pengawet kayu lainnya agar tidak mudah lapuk.

2.    Bagian atap bangunan dapat menggunakan seng, asbes, atau genting. Sementara itu, dindingnya dibuat dari lembaran plastik, anyaman daun nipah, daun tebu, atau jerami. Dinding-dinging tersebut dapat dibuka tutup sesuai kebutuhan.

3.    Di beberapa bagian kubung juga perlu dibuat jendela sebagai lubang sirkulasi udara untuk menjaga kestabilan suhu. Bagian dalam jendela ditutup dengan kain atau kawat kasa untuk mencegah masuknya serangga pengganggu.

4.    Bagian lantai kubung juga perlu disemen. Tujuannya untuk memudahkan dalam merawat dan membersihkan kubung. Kalaupun tidak disemen, setidaknya lantai diberi lapisan pasir atau kapur untuk menghindari hama dan penyakit yang berasal dari tanah.
c.    Sarana Budi Daya dan Pembibitan

Selain kubung, ada empat komponen lain yang wajib dimiliki oleh seorang

pengusaha jamur sebagai berikut.

1.    Alat pembuat media tumbuh jamur, berupa alat pengumpul bahan baku, alat angkut seperti truk atau mobil pick up, ban berjalan (conveyor), alat pengayak, alat pencampur, dan alat pengisi (filling machine).

2.    Alat sterilisasi media tumbuh sebelum ditanami bibit, berupa autoklaf dan boiler. Bagi pembudidaya jamur skala kecil, alat sterilisasi bisa terbuat dari drum bekas minyak yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa.

3.    Alat untuk penanaman atau inokulasi jamur ke dalam media tumbuh, berupa Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dan meja.

4.    Alat panen dan pengolahan hasil panen, seperti alat pengatur suhu dan kelembapan ruangan, alat pengering hasil panen, alat pendingin, timbangan, alat pengepak, sarung tangan, pisau, dan gunting.

d.    Peralatan Penunjang Lainnya

Budi daya jamur juga memerlukan beberapa peralatan penunjang sebagai berikut.

1.    Sprayer, digunakan untuk melakukan pengabutan jika kondisi di dalam kubung terlalu panas.

2.    Pisau dan keranjang, terutama dibutuhkan ketika panen.

3.    Parang, terpal plastik, sekop, dan sekop garpu, berguna untuk membuat racikan media.

C.    Persiapan Teknis
Persiapan teknis menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan operasional budi daya, seperti media pemeliharaan jamur, kualitas bibit, cara budi daya, pemeliharaan, ruangan tempat pemeliharaan, pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit, penanganan pascapanen, hingga pemasarannya.

Pemahaman terhadap tahapan budi daya jamur lebih baik dilakukan dengan mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh kelompok tani jamur, perusahaan penghasil jamur, atau magang di tempat budi daya jamur. Pelatihan atau magang yang dilaksanakan biasanya disertai dengan modul pelatihan, buku panduan budi daya, dan cara menghitung analisis usaha jamur.

Budi daya jamur (tiram, kuping, merang, dan champignon) dapat dimulai dari skala kecil sesuai dengan modal yang dimiliki. Selanjutnya, dikemb angkan secara bertahap.




Kualitas bibit jamur menjadi salah satu kunci utama kesuksesan dalam menjalankan usaha jamur. Ada sedikit saja kontaminasi di dalam bibit jamur, jika dipaksakan ditanam, maka media tumbuh dalam baglog atau media tumbuh dalam rak akan terkontaminasi. Banyak ditumbuhi jamur-jamur gulma yang akan menurunkan produktivitas. Karena itu, proses pembuatan bibit jamur harus dilakukan secara aseptik atau steril, baik dalam proses pembuatan media, isolasi, dan inkubasi.

Pembibitan Tahap Satu
Tahap ini menghasilkan kultur murni yang merupakan media khusus berisi miselium jamuryang memiliki sifat unggul dan produktivitastinggi. Pada tahap ini, proses dan media tumbuh yang digunakan untuk semua jenis jamur sama. Kultur murni ini kemudian digunakan untuk perkembangbiakan selanjutnya. Dalam pembuatan kultur murni terdapat beberapa tahapan, yaitu pembuatan media, pemilihan induk, isolasi, dan inkubasi.

Untuk tambahan informasi, beberapa pembudidaya jamur di Bogor dan Sukabumi menyebut tahap ini dengan FO karena miselium jamur belum diinokulasikan ke dalam media baru berupa shorgum atau jagung. Jika miselium jamur telah diinokulasikan ke media baru, tahap ini disebut FI.


Kultur murni. Merupakan hasil pembibitan tahap satu yang ditumbuhkan dalam media potatoes dextrose agar (PDA)

Hal ini tentu berbeda dengan beberapa teori yang dijelaskan dalam buku-buku mengenai budi daya jamur yang mengatakan pembibitan jamur melalui tiga tahap, yakni FI, F2, dan F3, tanpa FO. Namun, setelah kami cermati, langkah-langkah yang dilakukan antara teori yang selama ini berkembang dengan aplikasi di lapangan relatif sama, bedanya hanya dipenyebutannya.

a.    Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam pembuatan kultur murni adalah Potatoes Dextrose Agar (PDA). Media ini bisa terbuat dari bahan yang mudah didapat. Perlu dipahami, dalam pembuatan media tanam ini diperlukan kondisi steril. Hal ini untuk meminimalisasi risiko kontaminasi media. Sentuhan media langsung dengan tangan harus dihindari. Karena itu, dalam pembuatan media tanam ini, campuran bahan harus disterilkan dalam autoklaf atau panci presto. Media PDA yang sudah jadi bisa disimpan paling lama dua minggu sebelum digunakan untuk mengembangbiakkan spora jamur.


b.    Pemilihan Induk Jamur

Jamur yang akan digunakan sebagai indukmerupakanjamuryangmemiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan jamur lain sejenisnya. Jamur yang dipilih harus berbentuk normal atau tidak mengalami kelainan fisik, tidak terserang hama dan penyakit, daging buahnya tebal, batang buahnya kokoh, dan berukuran besar.

Sebelum ditanam ke media PDA, jamur harus disterilisasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Caranya, cuci jamur dengan air mengalir hingga bersih, lalu celupkan ke dalam alkohol 70%

Indukan jamur kuping. Pilih yang sehat dan pertumbuhannya normal selama 1—5 menit. Selain alkohol, beberapa bahan lain yang dapat digunakan untuk mensterilkan indukan jamur antara lain formalin 5%, mercurochloride 0,001%, silver nitrat 0,1%, mercuric cyanide 0,1%, sodium hipochloride 0,35%, dan kalium permanganat 2%, atau hidrogen peroksida 3%.

c.    Isolasi

Isolasi merupakan proses pengambilan bagian tubuh jamur indukan yang telah dipilih untuk ditanam ke media PDA. Isolasi ini harus dilakukan secara steril, biasanya dilakukan di dalam ruangan atau kotak isolasi yang biasa disebut Laminar Air Flow Cabinet (LAFC).

Ruang atau kotak isolasi tersebut dilengkapi dengan lampu ultraviolet. Untuk mengurangi pengaruh buruk radiasi ultraviolet bagi manusia, sebaiknya lampu ultraviolet dinyalakan minimal 60 menit sebelum ruang isolasi atau LAFC digunakan. Ketika lampu dimatikan, nyalakan blower, lalu semprot ruang isolasi atau LAFC dengan alkohol 70%. Jika ruangan tidak terdapat blower, matikan lampu 30 menit sebelum digunakan.

Ruang isolasi atau LAFC biasanya terdapat di laboratorium dan perusahaan besar. Umumnya, para produsen bibit jamur berskala kecil biasa melakukan isolasi di ruangan biasa, tetapi dengan tingkat ketelitian dan kebersihan yang tinggi. Isolasi tradisional biasanya dilakukan di atas meja keramik yang dialasi kain kasa. Kain kasa tersebut sebelumnya direndam di dalam larutan kloroks 1% atau alkohol 40%. Begitu pula ruang yang akan digunakan harus disemprot terlebih dahulu dengan larutan yang sama.

Selain kebersihan ruangan, kebersihan orang yang melakukan isolasi juga harus dijaga. Hal ini berlaku untuk semua tahapan isolasi, baik isolasi yang dilakukan di LAFC atau isolasi yang dilakukan di ruang biasa. Idealnya, orang yang akan melakukan isolasi menggunakan pakaian bersih, penutup rambut, penutup kepala, dan menyemprot tangannya dengan alkohol. Selain itu, kontak langsung bagian tubuh dengan media kultur atau jamur induk diusahakan jangan terlalu sering dilakukan.

d.    Inkubasi

Masa pertumbuhan miselium jamur di dalam media PDA disebut dengan masa inkubasi. Proses ini dilakukan di dalam inkubator atau kotak inkubasi. Inkubator berbentuk seperti lemari yang memiliki pengaturan suhu, sehingga kondisi di dalamnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan miselium untuk tumbuh.

Selama masa inkubasi, kultur murni ini juga perlu dirawat agar tidak mengalami perubahan sifat. Cara perawatan kultur murni tersebut dapat dilakukan dalam empat cara sebagai berikut.

1.    Pemindahan Secara Berkala

Cara ini dilakukan pada kultur murni yang diinkubasikan di dalam ruang inkubasi pada suhu 27° C atau di dalam lemari pendingin bersuhu 10° C. Penyimpanan kultur murni di dalam lemari pendingin dapat memperkecil kemungkinan kultur mengering.

2.    Membatasi Suplai Oksigen

Bertujuan untuk mencegah pengeringan kultur murni. Cara yang dilakukan adalah menggenangi koloni jamur dengan parafin setinggi 1 cm di atas media PDA. Dengan begitu, metabolisme jamur menjadi terhambat. Parafin ini disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121° C, dan tekanan 15 lb/in2 selama 45 menit.

3.    Membatasi Nutrisi

Suplai nutrisi ke dalam miselium jamur dihambat dengan air suling steril. Bagian koloni jamur yang sedang aktif tumbuh dimasukkan ke dalam botol yang berisi air suling, lalu simpan di dalam suhu ruang selama satu minggu. Setelah itu, bagian yang tidak terkontaminasi diambil dan disimpan pada suhu 5° C.
4.    Pengeringan Beku atau Liofilisasi 
Caranya, bekukan spora pada suhu 60° C, kemudian uapkan air yang tersisa dengan proses sublimasi di ruang hampa udara. Terakhir, segel tempat miselium tersebut pada kondisi hampa udara.

Proses pembuatan bibit ini dikatakan berhasil jika di sekitar eksplan tumbuh miselium jamur berwarna putih yang selanjutnya menyebar merata ke seluruh tabung reaksi.
by... budidayapertan.blogspot.co.id/
Cara Memulai Usaha Budidaya Jamur
Budidaya

Selengkapnya → Memulai Budi Daya Jamur | Persiapan Manajemen | Persiapan Infrastruktur

Budidaya Kacang Panjang | Pembibitan | Pengolahan Media Tanam | Teknik Penanaman | Penyulaman

BUDIDAYA KACANG PANJANG

 SYARAT PERTUMBUHAN

Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.


PEMBIBITAN
  • Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.
  • Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.
PENGOLAHAN MEDIA TANAM
  • Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak hingga tanah menjadi gembur.
  • Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara guludan 30-40 cm.
  • Lakukan pengapuran jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm.
  • Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2(10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut:
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.

TEKNIK PENANAMAN
  • Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
  • Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai
  • Benih direndam POC NASA dosis 2 tutup/liter selama 0,5 jam lalu tiriskan
  • Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur.
PENYULAMAN

Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.

PENYIANGAN

Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored.

PEMANGKASAN / PEREMPELANKacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga.

PEMUPUKAN

Dosis pupuk makro sebagai berikut:




Catatan : Atau sesuai rekomendasi setempat.

Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak tanam

POC NASA diberikan 1-2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4-8 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 M2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan (dapat disiramkan dengan dosis + 2 tutup/10 liter air ).

PENGAIRAN

Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

a. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)

Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.

b. Kutu daun (Aphis cracivora Koch)

Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan Natural BVR

c. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural VITURA

d. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)

Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.

e. Ulat bunga ( Maruca testualis)

Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan PESTONA

f. Penyakit Antraknose ( jamur Colletotricum lindemuthianum )

Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.

g. Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV).

Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

h. Penyakit sapu ( virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus.)

Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk “sapu”. Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit mosaik.

i. Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )

Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

PANEN DAN PASCA PENEN
  • Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol
  • Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
  • Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
  • Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortasi
  • Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap dipasarkan
Budidaya

Selengkapnya → Budidaya Kacang Panjang | Pembibitan | Pengolahan Media Tanam | Teknik Penanaman | Penyulaman

Tuesday, September 6, 2016

Kiat Usaha | Bisnis Jamur Tiram | Produk Berkualitas | Investasi | Biaya Operasional | Perhitungan Penerimaan

Kiat Usaha Bisnis Jamur Tiram

Mendirikan bisnis sendiri merupakan cita-cita hampir semua orang, baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja. Mungkin di antara kita ada yang sudah bekerja atau ada ibu rumah tangga yang mengidamkan suatu kegiatan produktif yang dapat dilakukan di rumah. Untuk itu, bisnis sendiri dapat menjadi pilihan untuk dilakukan. Dengan asumsi bahwa menjalankan bisnis sendiri dapat dilakukan sefleksibel mungkin sehingga ke depannya bisa mendapatkan kebebasan finansial, dan lebih jauh lagi bisnis yang dibangun dapat diwariskan.

Tentunya mendirikan bisnis sendiri memiliki banyak kenikmatan dan manfaat. Nikmat akan didapat tentunya setelah bisnis berjalan dengan lancar dan mendatangkan keuntungan. Selain itu, sekalipun skala rumah tangga tetap harus sadar bahwa di balik banyak manfaat yang bisa diraih, ada banyak juga kerugian yang mungkin akan dirasakan. Hal ini merupakan suatu kewajaran agar tercipta keseimbangan. Biasanya manfaat tidak pernah dibicarakan atau dicarikan solusinya. Namun, kerugianlah yang harus terus dicari solusinya. Kenapa bisa rugi? Kenapa bisa bangkrut? kenapa bisnis.

tidak berkembang?. Untuk itu, kita perlu mengetahui kerugian guna menghindari kegagalan. Sebelum melangkah dalam berbisnis, kita harus mempunyai kiat sukses dalam menjalankan suatu bisnis. Jika kegagalan dapat dihindari, kita bisa disebut sebagai pebisnis sukses dan niscaya akan ada kepuasan tersendiri karena kesejahteraan dengan sendirinya datang menghampiri. Berikut beberapa kiat dalam menjalankan usaha jamur tiram skala rumah tangga.

Proses Menghasilkan Produk Berkualitas


Beberapa tahapan untuk menghasilkan produk jamur berkualitas antara lain sebagai berikut.
  1. Jamur yang dipanen adalah jamur yang berukuran cukup besar, bertepi runcing, tetapi belum pecah atau jamur yang belum berkembang sempurna. Jamur dalam tahap ini tidak mudah rusak jika dipanen. Jamur dipanen bersama pangkal/ bonggolnya.
  2. Jamur yang telah dipanen dicuci dengan air bersih lalu dilakukan penyortiran. Tubuh buah dipisahkan dari pangkalnya. Jika dalam budidayanya terpaksa digunakan pestisida, racun pestisida akan mengendap pada bagian pangkal. Hal ini juga membuktikan bahwa jamur memang dapat menyerap racun. Namun, tetap saja ada kemungkinan residu yang tertinggal pada tubuh buah. Untuk itu, jamur perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan air bersih. Jamur kemudian dikemas dalam plastik, kemudian udaranya dikeluarkan menggunakan alat kedap udara. Alat ini dapat dibeli seharga Rp 1—2 juta. Semakin sedikit udara di dalam plastik, semakin tahan jamur tiram segar untuk disimpan. Penyimpanan dengan plastik kedap udara dapat mempertahankan kesegaran jamur. Setelah dikemas, jamur siap untuk dipasarkan atau disimpan dalam keadaan segar. Setelah panen, jamur juga dapat langsung dikonsumsi dengan cara dimasak menjadi makanan olahan jamur. melakukan diversifikasi produk, seperti membuat makanan olahan dari jamur yang inovatif dan variatif akan memberikan nilai jual plus. Dalam pemasarannya kita dapat menggunakan selebaran atau plang sebagai medianya. Selebaran dapat disebarkan mulai dari tetangga sekitar tempat tinggal. Adapun, plang nama usaha dapat ditempatkan di beberapa lokasi yang strategis di sekitar tempat usaha, bisa di depan gang, di pinggir jalan, atau di depan tempat usaha.
  3. Melalui pertemuan arisan. Bagi ibu-ibu rumah tangga yang memiliki perkumpulan rutin seperti arisan misalnya, dapat memanfaatkan jaringan ini untuk memasarkan jamur segar dan produk makanan ringan olahan jamur, seperti keripik jamur, pizza jamur, atau lumpia jamur. Seperti umumnya bisnis makanan, jika memang kualitas dan cita rasa produk banyak digemari, konsumen akan secara otomatis memasarkan ke orang lain melalui promosi mulut ke mulut.
  4. Jika sudah mahir dalam membudidayakan jamur tiram dengan skala yang lebih besar, bisa memberanikan diri untuk mengembangkan ke bisnis lain sehingga produk yang dipasarkan tidak hanya sebatas jamur segar dan makanan berbahan dasar jamur saja, tetapi juga menawarkan jasa, misalnya menjadi penyedia sarana pelatihan budi daya jamur tiram, penyedia baglog siap pakai, atau dapat pula mendirikan usaha lain yang memanfaatkan limbah jamur tiram.
Kelayakan suatu kegiatan usaha atau budi daya dapat dilihat dari perhitungan analisis usahanya. Analisis tersebut bukan hanya sebatas perhitungan jumlah untung atau rugi yang diperoleh, tetapi juga mencakup berbagai aspek yang menunjang kelancaran usaha atau budi daya

Berikut analisis usaha pada usaha jamur tiram skala rumah tangga, yakni dengan asumsi bahwa usaha yang dilakukan memiliki periode lima tahun dengan kapasitas per satu periode (6 bulan) adalah 7.500 baglog.
Investasi
Biaya Operasional (Per 6 Bulan)



Perhitungan Penerimaan
Berikut asumsi yang akan diterima dari usaha budi daya jamur tiram dalam satu periode (6 bulan).
  • Persentase keberhasilan inokulasi = 80%
  • Jumlah baglog yang dapat berproduksi = 6.000 baglog
  • Rata-rata produksi per baglog = 800 g
Berdasarkan asumsi di atas, perhitungan pendapatan dan keuntungan yang bisa diperoleh adalah sebagai berikut.
  • Jumlah jamur yang dihasilkan = 6.000 x 800 = 4.800.000 g atau 4.800 kg.
  • Bila harga jual jamur tiram = Rp 9.000/kg, pendapatan yang diperoleh = 9.000 x 4.800 = Rp 43.200.000
  • Keuntungan/laba yang diperoleh
  • Pendapatan - Total biaya operasional Rp 43.200.000 - Rp 14.322.500 = Rp 28.877.500
  • Pendapatan selama 5 tahun (10 periode) Rp 28.877.500 x 10 = Rp 288.775.000
Peluang Usaha Budidaya Jamur
Budidaya
Memuilai Budidaya Jamur

Selengkapnya → Kiat Usaha | Bisnis Jamur Tiram | Produk Berkualitas | Investasi | Biaya Operasional | Perhitungan Penerimaan